Hatiku bagai di koyak-koyak. Tanpa sedar, ia hancur tersisa umpama beg plastik sampah yang di mamah oleh anjing kelaparan. Terbiar di tepian jalan tanpa dihiraukan. Rasa hati semakin pilu. Pilu yang amat. Apabila melihat diriku di hadapan cermin. Lantas, aku berkata "Inilah muka si pendosa" , "Tidak tahu mengenang erti syukur" . Ku tatap wajah di cermin itu. Dia juga menatapku. Tergambar di wajahnya kesedihan. Fikirannya seolah-olah mengatakan, "Sudahkah tanggungjawab mu dijalankan?!" . Aku terdiam. Menangis. Mungkin benar katanya itu. Aku menarik keluar sajadah hijau ku. Lalu ku hamparkan penuh takzim. Begitu juga hatiku. Ku hamparkan agar dapat di rawat oleh cinta-Nya. Menangis lagi. Malah lebih kuat dan deras! Ku tadah hati dan tangan, memohon belas kasihan dan kekuatan dari-Nya. Terpaku dengan ketenangan yang menyusup di jiwa. Hanya mampu menyebut dengan perlahan, "Allah..Allah...Allah..Allah...Allah..Allah...Allah...." . -HS
Ulasan
Catat Ulasan