Khotimah Diriku...

Masa itu berjalan. Bukan berputar. Yang berputar itu jam. Ya, menunggu terus menunggu. Saat demi saat, telah membawa aku ke penghujungnya. Aku terus diam tanpa banyak bicara. . Bila nafas tersadai di persisiran maut, aku tidak mampu berbuat apa-apa lagi. Bairlah tiada harta yang ku tinggalkan. Tiada nama untuk dibuatkan kenangan. Aku rela. . Biarlah ku terus berada di persisiran ini. Berjalan menunggu sinar mentari di mata akan terpejam. Saat itu, semuanya habis. Hanya sakit. Gelap. Hitam. Sakit yang amat! . Cukuplah di situ khotimah diriku. Nyawa kembali kepada pemilikNya. Jasad terbaring tidak lagi bicara. Begitulah pabila maut menerpa. Namun, aku punya impian. Impian kecil sahaja. Tidak besar. . Kalau nanti, aku pergi dari dunia ini, aku ingin lidahku menyebut namaNya. الله ، الله ... . Biar perlahan sebutan itu Ya Rabb. Biar bunyinya berbisik. Itu sahaja pintaku Ya Rabb. Ku hanya meminta agar lidahku bisa menyebut namaMu yang agung. Sekalipun cukup, asalkan ku menyebutnya. Itu saja impianku. . Ya, hanya tulisanku sahaja sebagai warkah tatapan. Biarlah tulisanku terus berbicara melakar rasa pada setiap jiwa nan duka. Agar terus kembali berjalan di Siraatul Mustaqim. . Sehingga hujungnya, tetap...الله..الله..الله..الله..الله..الله ....... #AllahwaRasul #WhenHeartSpeaks

Ulasan

Catatan Popular