Puisi Rabak #8 : Pengorbanan
Aku terkurung dalam fana,
Melepaskan kejumudan yang kian mencengkam jiwa,
Aku bersedih..
Meratapkan maut yang entah bila kan tiba..
Maut itu ‘diam-diam’..
Sebutannya saja sudah cukup menggetarkan jiwa,
Melututlah hati pada ALLAH Yang Satu,
Mohon dimatikan dalam lidah tidak kelu..
Pengorbanan itu mahal harganya,
Pertukarannya ialah tiada rasa memiliki,
Tiada kepentingan diri..
Bila rasa memiliki hilang dari jiwa,
Maka; berkorban itu jadi ‘ringan’,
Hatta emas sebesar Uhud pun,
Atau seluruh nyawa dan masamu,
Ringan tangan untuk mengorbankan..
Ringan jiwa untuk menyerahkan..
Yang namanya mati itu hampir dengan pengorbanan,
Kerap kali pengorbanan itu menuntut kematian,
Buktinya di Badr,
Buktinya di Syria,
Satu persoalan meloncat dari minda,
Apa pula yang dituntut pengorbanan?
Yang dituntut adalah Cinta..
Rasa cinta yang berkeliaran dalam jiwa,
Mencintai Tuhan Yang menciptakan,
Bahawa..
Hanya dengan pengorbanan,
Bukti cinta itu nampak di mata...
Kau bukan milikku,
Aku bukan milikmu,
Kau milik Tuhan,
Tuhan Yang Ar-Rahman..
Kisah ini akan terus berdendang,
Sampai sangkakala berbunyi,
Tanda Kiamat sudah datang..
Sudahlah; masa sudah melayang,
Puisi ini ditulis bukan kepalang,
Alang-alang jiwa sudah terbayang,
Mati dikenang pengorbanan dijulang!
Ulasan
Catat Ulasan